Senin, 27 September 2021

Tentang Darah Haid, PENTING DAN JARANG DIKETAHUI

PENTING DAN JARANG DIKETAHUI | UNTUKMU WAHAI KAUM HAWA 

Jika darah haidnya seorang wanita telah berhenti, maka wajib baginya untuk mandi lalu menunaikan shalat. Jika dia suci di waktu Subuh, Dhuhur, dan Maghrib, maka dia hanya wajib menunaikan satu shalat saja untuk masing-masing waktu tersebut. 

Namun jika sucinya di waktu Ashar, maka dia wajib shalat Dhuhur dan Ashar. Dan jika sucinya di waktu Isya’, maka dia wajib shalat Maghrib dan Isya. Karena keduanya; waktu Ashar dan Isya, merupakan waktu yang memungkinkan bagi seorang wanita untuk menjamak dua shalat, yaitu shalat Dhuhur dengan Ashar, dan shalat Maghrib dengan Isya’. 

Pendapat ini merupakan pendapat dalam madzhab Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan fuqaha sab’ah (ahli fiqh yang tujuh, yaitu : Said bin Musayyib, Al-Qasim bin Muhammad, Sulaiman bin Yasar, Urwah bin Az-Zubair, Kharijah bin Zaid, Ubaidillah bin Abdullah, dan Abu Bakar bin Abdurrahman). 

Imam An-Nawawi (w.676 H)  rahimahullah menyatakan: 

وَإِنْ كَانَتْ عَصْرًا أَوْ عِشَاءً وَجَبَ مَعَ الْعَصْرِ الظُّهْرُ وَمَعَ الْعِشَاءِ الْمَغْرِبُ بلا خلاف
“Dan jika shalat yang didapatkan waktunya adalah shalat Ashar atau Isya’, maka wajib shalat Ashar dan Dhuhur, dan wajib shalat Isya’ dan Maghrib, tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Syafi’iyyah.” [Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 3/65]. 

Urutan menunaikannya dianjurkan sesuai dengan urutan waktu shalat.  Shalat Dhuhur dulu, lalu shalat Ashar, shalat Maghrid dulu, lalu shalat Isya’. Namun jika tidak urut, maka tetap sah. Terkecuali jika waktu shalat yang dijumpai tidak cukup untuk melaksanakan shalat yang sebelumnya, dimana jika menunaikan shalat yang terlewat terlebih dahulu, sangat besar kemungkinan shalat yang hadir akan luput/habis waktunya, maka dalam keadaan ini wajib menunaikan shalat yang hadir dulu. [Lihat: Syarhul Muhadzdzab : 7/30].

0 komentar:

Posting Komentar

SAFINATUN NAJAH

More »