Sabtu, 25 September 2021

Syekh Imam Nawawi al-Bantani

Inilah yang terjadi saat makam Syaikh Nawawi Al-Bantani hendak dibongkar oleh pemerintah Saudi Arabia.

Syahdan, datanglah para petugas dari pemerintah kota Makkah untuk menggali kuburnya. Namun yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak ada lecet atau tanda - tanda pembusukan seperti umumnya jenazah yang telah lama dikuburkan. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikit pun.

Sontak kejadian ini mengejutkan para petugas yang sedang membongkar makam beliau. Menjadikan mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan melaporkan apa yang telah dilihatnya. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan.

Langkah bijak lalu diambil. Pemerintah Arab Saudi kemudian memberi pengumuman untuk melarang membongkar makam Syekh Nawawi Al-Bantani tersebut. Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga sekarang makam beliau tetap berada di Ma'la, Makkah.

Syekh Nawawi Al-Jawi Al-Bantani (1813-1898).

Nama lengkap beliau ialah Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin Arabi al-Jawi al-Bantani.
Beliau dilahirkan di Tanara, Serang, Banten, pada tahun 1230 H /1813 M.
Ayahnya seorang tokoh agama yang sangat disegani. Dan rupanya beliau masih punya hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (Cirebon).
 
Pada usia 15 tahun, Nawawi muda pergi belajar ke Tanah Suci Mekkah, karena saat itu Indonesia – yang namanya masih Hindia Belanda - dijajah oleh Belanda, yang membatasi kegiatan pendidikan di Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, beliau kembali ke Indonesia untuk menyalurkan ilmunya kepada masyarakat.
 
Tak lama ia mengajar, hanya tiga tahun, karena kondisi Nusantara masih sama, di bawah penjajahan oleh Belanda, yang membuat beliau tidak bebas bergiat. Maka beliau pun kembali ke Makkah dan mengamalkan ilmunya di sana, terutama kepada orang Indonesia yang belajar di sana. Banyak sumber menyatakan Syekh Nawawi wafat di Makkah dan dimakamkan di Ma’la pada tahun 1314 H /1897 M.
Namun menurut kitab Al-A’lam dan Mu’jam Mu’allim, kitab yang membahas tokoh dan guru yang berpengaruh di dunia Islam, beliau wafat pada 1316 H /1898 M.
 
Syekh Nawawi Al-Bantani adalah satu dari tiga ulama Indonesia yang mengajar di Masjid Al-Haram di Makkah Al-Mukarramah pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Sedang 2 ulama yang lain ialah murid - murid beliau juga, yaitu Syeh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syekh Mahfudz Termas (Pacitan).

Ini menunjukkan bahwa kealiman dan ilmu beliau sangat diakui tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di semenanjung Arab.
 
Syekh Nawawi sendiri menjadi pengajar di Masjid al-Haram sampai akhir hayatnya yaitu sampai 1898.
Lalu dilanjutkan oleh kedua murid beliau itu.

Wajar, jika beliau dimakamkan berdekatan dengan makam istri Nabi Muhammad, Sayyidah Khadijah RA di pemakaman Ma'la Makkah.
 Syekh Nawawi Al-Bantani mendapatkan gelar Sayyidu Ulama’ al-Hijaz yang berarti "Sesepuh Ulama Hijaz" atau Guru dari Ulama Hijaz atau Akar dari Ulama Hijaz.

Yang menarik dari gelar di atas adalah beliau tidak hanya mendapatkan gelar Sayyidu ‘Ulama al-Indonesia sehingga bermakna, bahwa kealiman beliau tidak hanya diakui di semenanjung Arabia, namun juga di tanah airnya sendiri.
Selain itu, beliau juga mendapat gelar Al-imam wa al-fahm al-mudaqqiq yang berarti Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam.

0 komentar:

Posting Komentar

SAFINATUN NAJAH

More »