Sabtu, 15 Januari 2022

BAHAYA BELAJAR AGAMA SECARA OTODIDAK

BAHAYA BELAJAR AGAMA SECARA OTODIDAK

 Gus Baha :

 Jika Tidak Ada Sanad, Agama Akan Dibuat Semaunya

يا أيها الناس تعلموا فإنما العلم بالتعلم والفقه بالتفقه

Artinya : Wahai manusia, belajarlah ilmu. Karena sesungguhnya ilmu hanya diperoleh dengan belajar dan pengetahuan agama hanya diperoleh dengan belajar melalui guru. (Hadits hasan).

Dalam hadits lain dari Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda:

من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار

Aritnya : Barangsiapa yang berpendapat mengenai al-Quran dengan pendapatnya, maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka. (HR Tirmidzi

Gus Baha mengungkap jika dahulu para orientalis juga gemar mengutip ayat Al Qur'an dan hadits semaunya karena mereka tidak mempunyai guru. 

Selain itu Gus Baha menerangkan pentingnya transmisi keilmuan ini untuk menjaga keotentikan ajaran agama Islam agar sesuai aslinya dan bersambung kepada sumber utamanya.

“Kenapa kita harus menyebut sanad imam - imam kita, pertanyaannya kamu kok tahu kalau sahabat melakukan itu kata siapa? kata guru saya kan ? kamu tidak bisa langsung mengatakan kata Nabi karena hidup tidak sezaman, kata Nabi itu rawinya siapa ? Imam Bukhari, Imam bukhari itu siapa ? muridnya Imam Syafii, sehingga mau tidak mau kita harus menyebut ulama,”

“Misalnya kamu ditanya tahu Amerika dari mana? dari TV, wong TV aja kamu jadikan sanad masak Imam Syafi’i tidak,”

Orang yang belajar tanpa guru ia sekehendak hatinya menafsirkan semua ilmunya dengan faham dan keinginannya sendiri di saat itulah setan membarengi hatinya dan akhirnya timbullah penyesatan bagi orang lain,

Abu Hayyan berkata:

‘’ Jika kamu menginginkan ilmu tanpa syaikh,( guru) niscaya kamu tersesat dari jalan yang lurus’  seseorang penuntut ilmu hendaknya memiliki guru dan tidak membiarkan dirinya belajar sendiri tanpa bimbingan karena orang yang memiliki guru akan memperoleh manfaat yang banyak, 

‘’ Amirul mukminin Ali bin Abi Tholib berkata,
 “Tidak akan dapat ilmu yang bermanfa’at seseorang diantara kalian, kecuali dengan enam perkara, yaitu : harus cerdas, semangat, bersabar, memiliki biaya, memiliki guru pembimbing dan waktu yang lama".

Para ulama berkata: Janganlah kalian belajar ilmu dari orang yang belajar dari kitab tanpa belajar dari syaikh yang pintar,
karena hal itu akan menjadikan Anda sesat, serta membelokkan pengertian. Dengan sendirinya ulama mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan perantara ilmu, seperti ungkapan dalam kaidah fiqh:
"Perantara mempunyai hukum sama seperti tujuan."
Yakni cara menghormati murid/pelajar kepada Masyayikh ataupun ustadz yang merupakan perantara untuk mendapatkan ilmu agama yang agung.

Rasulullah saw bersabda,
 “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah saw bersabda, “Di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.”
(Hadits riwayat Ath-Thabarani) 

Pendapat ulama’

‘’Diwajibkan bagi orang yang mencari jalan yang benar (belajar agama) untuk mencari seorang guru yang benar, dan di bawah arahan guru yang sempurna dan bisa menyempurnakan sehingga bisa menghantarkan kepada hakikatnya keyakinan dengan mengedepankan kekuatan ruhani mengalahkan kekuatan jasmani (akal fikiran)’’
(Tafsir haqqi, juz 15, hal: 13,,

‘’Syeh Abu Ali al-Daqoq berkata: seandainya seseorang diberi petunjuk dan baginya tidak memiliki guru maka jangan berharap akan muncul baginya asror (rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut)’’

Benarkah belajar ilmu agama bisa dilakukan tanpa guru ? mengingat zaman sekarang sudah banyak - fasilitas terjemah Al Qur’an, Hadits bahkan kitab-kitab

Dalam sebuah pengajian Gus Baha mengingatkan pentingnya sanad (transimisi keilmuan) dalam memahami ilmu agama.

“Andaikan tidak ada sanad (transmisi keilmuan) maka orang akan berpikir agama sesuai maunya dan itu bahaya sekali,” tegasnya.

“Karena agama Islam ini riwayat mau tidak mau ngaji itu harus lewat ulama jangan lewat terjemah, karena teks tidak mewakili ahwal,”

"Imam Ghozali yang mempunyai kitab Ihya fatwanya seperti itu (masih menyebut sanad,), lho kok sekarang ada orang yang membaca Ihya hanya lewat terjemah lalu berkoar mewakili Imam Ghozali, atau orang membaca Al Qur’an hanya lewat terjemah lalu membuka majelis tafsir, ini celaka,” lanjutnya.

 Berdasarkan hadits – hadits berikut ini sangat jelas Rasulullah mengingatkan jika belajar ilmu agama harus melalui seorang guru.

0 komentar:

Posting Komentar

SAFINATUN NAJAH

More »