Makna Shalawat Atas Baginada Nabi SAW.
Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ro’ah pada pengajiannya di Wadi Al Muqaddas menjelaskan tentang makna shalawat Allah Ta’ala, para malaikat dan orang-orang yang beriman atas baginda Nabi SAW. Allah SWT ketika menghendaki agar baginda Nabi SAW menjadi rahmatNya bagi seluruh alam, maka Allah jadikan baginda sebagai makhluk yang menampakkan rahmat Allah tersebut melalui ruhaniyyahnya. Baginda adalah merupakan seorang yang menampakkan rahmat Allah, bukan Dzat yang menciptakannya.
Hal ini sebagaimana firman Allah
“وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ ”
yang artinya “ dan tidaklah kami utus engkau wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”(QS. Al Anbiya:107).
Maka rahmat Allah Ta’ala sampai kepada makhluknya melalui ruhaniyyah muhammadiyyah yang merupakan bentuk dari pada rahmat Allah itu sendiri.
Selagi baginda Nabi hanya sebagai penyampai rahmat Allah ini, maka baginda akan selalu membutuhkan Allah Ta’ala, sebagaimana sabda baginda
“وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِى ”
yang artinya “ dan sesungguhnya saya adalah hanya pembagi, adapun Allah adalah Dzat yang memberi “(HR. Bukhari).
Ini adalah yang dimaksudkan pada maka shalawat Allah atas baginda Nabi SAW, yaitu Allah memberikan madad rahmatNya kepada baginda lalu disebarkan kepada seluruh makhlukNya.
Adapun makhluk yang mendapatkan rahmat ini melalui baginda Nabi adalah mencakup semua jenisnya, manusia, malaikat, jin, alam semesta, ‘arsy, langit, bumi dan lain sebagainya. Bahkan syaitanpun mendapatkan bagian dari rahmat ini, karena merupakan bagian dari makhluk Allah. Akan tetapi rahmat ini telah diambil lagi setelah dirinya tidak melaksanakan perintah Allah untuk bersujud hormat kepada Nabi Adam AS karena baginda Nabi SAW berada pada tulang punggungnya.
Sebagaiamana dikatakan bahwa makna dari dibelahnya dada baginda Nabi kemudian diambil sesuatu yang ada dalam hatinya, yaitu bagian syaitan dari rahmat Nabi SAW. Hal ini sebagai symbol bahwa syaitan telah dijauhkan dari rahmat Allah yang dibawa oleh baginda Nabi SAW, karena syaitan adalah makhluk terkutuk dan dilaknat selama-lamanya.
Syekh Yusri mengatakan, bahwa baginda Nabi adalah perantara rahmat Allah untuk hambaNya. Kalau seandainya tidak ada perantara ini maka alam semesta tidaklah terwujud. Jikalau tidak ada baginda Nabi sebagai perantara ini, maka Al Qur’an tidaklah turun
“عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ”
yang artinya “ (Al Qur’an) turun kepadamu agar kamu menjadi orang yang membawa peringatan “(QS. As Syu’ara:194).
Tanpa lisan baginda Nabi, maka Al Qur’an tidak akan mudah bagi kita
“فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ ”
yang artinya “ maka sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur’an itu dengan lisanmu wahai Muhammad “(QS. Maryam:97).
Hati baginda Nabi adalah lebih kuat dari gunung, Allah telah berfirman
“لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ”
yang artinya “ seandainya saja Kami turunkan Al Qur’an ini kepada gunung, maka sesungguhnya kalian akan melihat gunung ini khusyuk dan hancur karena takut kepada Allah “(QS. Al Hasyr: 21). Wallahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar